Pelaku
meretas server perusahaan tersebut, dan berhasil mencuri jutaan data pelanggan.
Mulai nama, nomor handphone, hingga alamat. Semua data tersebut bisa saja
diperjualbelikan demi keuntungan pelaku. Hal ini tentu menjadi pukulan bagi
citra perusahaan sekaligus kerugian bagi para pelanggannya.
Pun demikian, itu hanyalah salah satu dari
jenis cyber crime. Masih banyak jenis lain yang perlu Anda ketahui. Apa saja?
Mari pelajari jenis-jenis cyber crime yang
masih sering dijumpai saat ini. Ini dia daftarnya:
Sesuai namanya, identity theft adalah jenis
cyber crime berupa aksi pencurian identitas. Pelaku identity theft akan
melakukan teknik peretasan pada website korban. Mereka akan mengakses server
website untuk mendapatkan informasi pribadi yang tersimpan.
Identity theft akan cenderung menyasar toko
online, website membership dan jenis website lain yang menggunakan data
pelanggan dalam proses layanannya.
Selain itu, identity theft juga dapat terjadi
saat Anda mengakses situs abal-abal. Hal ini terjadi ketika Anda memberikan
data pribadi padahal situs itu sebenarnya milik peretas.
Contoh kasus yang kerap terjadi adalah
pencurian identitas menggunakan sayembara online. Tergiur iming-iming hadiah
yang besar, korban mengisi data diri di sebuah website. Ternyata, undian
sayembara tidak pernah ada. Namun, data diri korban sudah terlanjur dimiliki
pelaku kejahatan
Carding adalah jenis cyber crime yang berupa
pembobolan kartu kredit. Pelaku kejahatan mencuri data informasi kartu kredit,
dan menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
Percaya atau tidak, carding adalah salah satu
jenis cyber crime yang masih sering dilakukan. Kasus terakhir bahkan sempat
terkait dengan beberapa orang terkenal.
Bagaimana
pelaku bisa melakukan carding? Ada banyak cara, bisa dengan phising, memasang
malware di toko online, atau membeli informasi dari gelap internet.
Dampak dari carding cukup merugikan. Sebab,
jika tidak cepat disadari, pemilik kartu kredit harus membayar tagihan besar
atas belanja yang tidak dilakukan. Kadang, dalam jumlah yang sangat besar.
3. Corporate Data Theft
Corporate data theft mirip dengan identity
theft. Bedanya, jenis cyber crime ini menyasar data perusahaan.
Pelaku meretas situs perusahaan, kemudian
mencuri data-data yang penting. Data perusahaan yang berhasil didapatkan bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, misalnya untuk bisa mengaksesnya tanpa
hak. Bisa juga, data tersebut dijual di pasar gelap dengan harga tinggi.
Bentuk kejahatan online ini pernah dialami
oleh perusahaan-perusahaan besar. Salah satunya, Canva .
Situs desain grafis ini berhasil diretas sehingga 139 juta data
pelanggan terancam. Artinya, dalam satu aksi saja, pencuri bisa
mendapatkan banyak data untuk digunakan melakukan tindak kejahatan
4. Cyber Extortion
Istilah cyber extortion mungkin masih asing
bagi Anda. Padahal, jenis cyber crime berupa pemerasan ini cukup sering
terjadi. Kejahatan online ini bisa menimpa perusahaan atau pribadi. Modusnya,
pelaku akan meminta uang sebagai tebusan atas data penting yang telah
dicuri.
Kasus cyber extortion yang marak saat ini
adalah penggunaan ransomware. Malware ini masuk ke
perangkat korban dan mengendalikan data di dalamnya. Pemilik tidak dapat
mengakses data tersebut tanpa menggunakan sandi dari pelaku kejahatan.
Nah, untuk mendapatkan sandi tersebut, harus
ada uang tebusan yang dibayarkan terlebih dahulu.
Banyak perusahaan terkenal di dunia yang
menjadi korban kejahatan ini, seperti Nokia , Domino , dan Freedly .
Bahkan, pada kasus Domino ,
peretas meminta tebusan 30.000 Euro agar
data 650.000 pelanggan Domino
tidak disebarluaskan.
5. Cyber Espionage
Cyber espionage adalah jenis cyber crime yang
memata-matai target tertentu, seperti lawan politik, kompetitor suatu
perusahaan atau bahkan pejabat negara lain.
Pelaku menggunakan teknologi canggih untuk
memata-matai secara online. Cyber espionage biasa dilakukan dengan memanfaatkan
spyware. Dengan aplikasi yang ditanam di komputer korban, semua aktifitas dan
data penting bisa diakses tanpa disadari.
Sebagai contoh, kejahatan cyber espionage ini
pernah menimpa Barack Obama .
Saat itu spyware digunakan untuk mencuri data sensitif terkait kebijakan luar
negeri Amerika.
5+ Aksi Cyber Crime
Setelah mengetahui jenis-jenis cyber crime,
Anda perlu tahu apa saja aksi yang biasa dilakukan oleh pelaku cyber crime. Ini
dia bentuk aksinya:
1. Serangan Malware
Malware adalah aksi
cyber crime dengan menggunakan software yang menyusup ke perangkat korban. Aksi
ini sering berhasil mencapai tujuan karena korban tidak tahu ada malware
menyerang. Artinya, aksi kejahatan bisa dilakukan dengan leluasa.
Biasanya malware masuk melalui email, pesan di
instant messaging atau saat akses ke website berbahaya. Tak jarang juga malware
masuk melalui tema atau plugin WordPress yang diinstal ke sistem website
Anda.
Baca Juga
: 7+ Cara
Menghilangkan Malware Terampuh
Saat berada di perangkat korban, malware bisa
melakukan apapun sesuai program yang dijalankan. Misalnya, mencuri data,
memata-matai perilaku online korban hingga menghapus data yang diinginkan.
2. Phishing
Phishing masih
menjadi aksi cyber crime favorit hacker. Alasannya, kejahatan online ini
terbukti masih efektif, terutama untuk pencurian identitas. Menurut sebuah laporan ,
aksi cyber crime 67% bermula
dari phishing.
Data yang menjadi tujuan phising berupa data
pribadi (nama, usia, dan alamat), data akun (username dan password) dan data
finansial (nomor kartu kredit dan kode sandi).
Langkah phising kerap berhasil karena pelaku
phising menyamar menjadi pihak yang berwenang atau lembaga resmi, sehingga
korban tidak merasa curiga.
Contoh kasus phising yang terkenal adalah
penggunaan PayPal untuk
aksi kejahatan. Bagaimana aksi tersebut dijalankan?
Pelaku
mengirimkan email kepada korban dengan berpura-pura sebagai pihak PayPal. Dalam
isi email tersebut, pelaku menyatakan bahwa akun korban telah “dibatasi”
sebagai akibat dari pelanggaran kebijakan.
Lewat email tersebut, pelaku meminta korban
untuk memperbarui akun mereka. Sebuah tautan yang diberikan mengarahkan korban
ke situs palsu. Nah, saat korban memasukkan data diri sesuai petunjuk, pelaku
berhasil mendapatkan informasi yang diinginkan.
Itulah kenapa Anda harus lebih jeli dengan
email yang Anda terima. Sebagai contoh, saat mendapat email dengan alamat
panjang berisi perpaduan huruf dan angka. Selain itu, jangan asal mengklik link
di dalam email. Jadi, Anda tidak mudah masuk ke perangkap pelaku phising.
3. Deface Website
Deface adalah upaya
mengubah tampilan sebuah website tanpa hak. Aksi cyber crime ini pernah heboh
di Indonesia karena menimpa website lembaga pemerintah, KPU.
Dalam
aksinya, pelaku yang menyerang situs resmi KPU Kabupaten Seluma membuat
tampilan depannya berubah. Pelaku juga menuliskan bahwa situs tersebut telah
berhasil diretas oleh suatu kelompok.
Selain mengubah tampilan website, aksi cyber
crime ini juga sering digunakan untuk mengarahkan korban ke situs lainnya.
Sebagai contoh, aksi deface pada website Google di
Romania . Meskipun aksi ini sendiri disangkal pihak Google,
pengunjung saat itu tidak dapat mengakses situs google.ro .
Dampak deface sangat serius, terutama bagi
bisnis. Kredibilitas online Anda sangat dipertaruhkan. Alasannya, website Anda
akan dianggap tidak memiliki perlindungan yang baik bagi pengunjung.
4. Serangan DDoS
DDoS attacks adalah aksi cyber crime dengan
target serangan ke server. Caranya, dengan membuat traffic sebuah server
terlalu tinggi sampai tidak bisa mengatasi permintaan akses dari
pengguna.
Aksi DDoS berupaya membuat server website
down, sehingga pengunjung tidak bisa mengaksesnya. Bisa dibayangkan bagaimana
jika hal ini terjadi pada toko online Anda? Tentu sangat merugikan, ya?
Kenyataannya, DDoS sendiri merupakan salah
satu serangan yang populer digunakan oleh hacker. Alasannya, teknik DDoS
dianggap cukup sederhana untuk dijalankan.
Seperti halnya deface, serangan DDoS sangat
mengancam reputasi online yang dibangun. Kepercayaan konsumen terhadap sebuah
bisnis yang mengalami down tentu akan terpengaruh.
Sayangnya, serangan DDoS memang bisa menimpa
siapa saja, termasuk salah satu media terbesar di dunia, BBC .
Saat itu, serangan yang terjadi mengakibatkan hampir semua layanan BBC lumpuh.
Seluruh domain milik BBC tidak bisa diakses. Parahnya, layanan On-Demand dan
radio juga ikut mati. Jadi, kerugian finansial akibat DDoS tersebut cukup
serius.
5. Hacking
Hacking
adalah istilah cyber crime yang cukup umum. Aksi ini dilakukan dengan cara
mengakses sistem komputer korban tanpa hak.
Pada dasarnya hacker akan menggunakan
keterampilan yang dimiliki untuk melakukan berbagai aksi cyber crime. Mulai
merusak sistem, mencuri data pribadi, hingga mengekspos data yang diperoleh ke
publik.
Aksi hacking tidak selamanya bertujuan
mendapatkan keuntungan finansial. Banyak juga hacker yang melakukannya sekedar
untuk memamerkan keahlian yang dimiliki.
Contoh aksi hacking yang kerap terjadi adalah
pembobolan kata sandi. Langkah inilah yang menjadi titik awal hacker melakukan
tindak kejahatan selanjutnya.
Beberapa
waktu yang lalu, dua media besar
di Indonesia pernah menjadi korban hacking. Para hacker
berhasil menembus sistem keamanan website media tersebut dan berhasil menghapus
beberapa berita yang pernah dimuat.
Baca Juga
: 7+ Cara
Melindungi Website dari Serangan Hacker
6. Social Engineering
Sepanjang tahun 2019, tercatat sebanyak 2300 kasus social
engineering yang dilaporkan kepada pihak berwajib. Mayoritas kasus yang
dilaporkan berujung pada penipuan online.
Social engineering adalah aksi cyber crime
dengan cara memanipulasi korbannya. Pelaku biasanya melakukan aksi dengan
secara langsung menghubungi korban. Lewat pendekatan yang dilakukan, tanpa
sadar, korban memberikan informasi yang diinginkan pelaku.
Sebagai contoh, aksi social engineering ini
kerap menimpa pengguna ojek online. Modus yang dijalankan adalah dengan
menelpon korban dan menanyakan kode OTP
(One Time Password) . Kode ini cukup penting untuk dapat mengambil alih
akun korban.
Sebenarnya kode OTP yang berasal dari sistem
ojek online bersifat rahasia. Namun, tak jarang korban mau memberikan informasi
tersebut dengan teknik phishing. Nah, jika pelaku berhasil mengakses akun
korban, dompet digital atau kartu kredit yang terhubung dengan akun tersebut
bisa dimanfaatkan.
7. Exploit Kit
Saat ini pelaku cyber crime semakin cerdik
dalam melakukan serangan. Salah satunya dengan menggunakan ‘senjata’ exploit
kit yang mudah didapat.
Exploit kit adalah program untuk menyerang
komputer dengan sistem keamanan rendah. Tujuannya, menyusup ke komputer korban
dan memanfaatkannya.
Tercatat 50% serangan
hacker menggabungkan metode serangan dengan menggunakan exploit
kit.
Penggunaan exploit kit ini biasanya dimulai
dengan aksi phishing lewat link email, popup, ataupun iklan. Jika korban sudah
berhasil dikelabui dengan mengakses link yang diberikan, exploit kit akan mulai
menguasai perangkat korban.
Lalu, bagaimana cara kerja exploit kit?
Pertama, pelaku akan berusaha agar exploit
kits yang disiapkan bisa masuk ke komputer korban. Setelah itu, program akan
mencari kelemahan sistem pada komputer tersebut. Jika menemukan celah, exploit
kits akan memanfaatkannya untuk mendownload malware. Program inilah yang akan
digunakan pelaku untuk mengendalikan komputer korban.
Karena
exploit kit bekerja secara diam-diam, Anda mungkin akan sulit mengetahui saat
diserang. Maka dari itu, Anda perlu rajin mengupdate perangkat dan jangan
sembarangan membuka link.
8. Pembajakan
Pembajakan adalah aksi menggandakan karya
orang lain demi keuntungan pribadi. Di dunia online, pembajakan juga merupakan
cyber crime yang kerap terjadi. Mulai dari pembajakan software berbayar hingga
buku elektronik.
Salah satu aksi cyber crime terkenal dalam hal
pembajakan dilakukan oleh KingdotCom .
Dalam aksi itu, mereka menayangkan acara televisi secara ilegal di websitenya.
Tindakan ini menyebabkan kerugian finansial bagi pemilik stasiun TV karena
sepinya penonton yang membayar tayangannya. Sementara itu, pelaku mendapatkan
keuntungan hingga lebih dari $175 juta .
Di Indonesia, aksi cyber crime ini cukup masih
meresahkan. Faktanya, pemakaian software bajakan di Indonesia mencapai 83% dan
merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Pasifik. Padahal, software bajakan
bisa saja mengandung malware yang justru membahayakan.
9. Penipuan Online
Penipuan online atau online scam merupakan
aksi cyber crime yang juga perlu Anda waspadai. Sebab, bentuk penipuan yang
terjadi bisa bermacam-macam dan platformnya juga bisa apa saja. Bisa
marketplace atau media sosial.
Online
scam sendiri tidak hanya terjadi pada individu sebagai targetnya. Sebab pelaku
online scam bisa berupa website toko online palsu, perusahaan investasi yang
menjanjikan keuntungan besar dalam waktu cepat. Bahkan, online scam bisa
terjadi di lingkup negara hingga internasional.
Contoh kasus online scam lain yang cukup
terkenal adalah OneCoin ,
salah satu mata uang cryptocurrency. Meskipun awalnya tampak seperti mata uang
digital yang aman, pengguna baru sadar bahwa OneCoin hanyalah scam. Apalagi
ditambah dengan menghilangnya founder mereka secara mendadak. Alhasil, pengguna
dirugikan atas investasi yang dilakukan.
10. Spamming
Spamming adalah aksi cyber crime dengan
menyebarkan email spam secara massal. Isi email spam pun beragam, contohnya
penawaran produk yang tidak jelas.
Menurut
riset, tingkat spam email dalam sebulan bisa mencapai 85% .
Hal ini tentu cukup mengkhawatirkan, terutama bagi Anda yang menggunakan email
untuk bisnis. Bisa-bisa dengan banyaknya spam yang diterima, ruang penyimpanan
penuh, dan email penting dari klien justru tidak bisa masuk.
Apalagi, kegiatan spam email masih bisa
terjadi mengingat aksi pencurian data hacker juga terus muncul. Ditambah dengan
kasus adanya penjualan data oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Apa
Saja Kerugian yang Ditimbulkan dari Cyber Crime?
Setiap tindak kejahatan di dunia maya tentu
saja mengakibatkan kerugian yang dirasakan oleh korbannya. Inilah beberapa
kerugiannya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar